Junalis: M. Jamil H.
Editor: Nurul Hidayah
Deretan pakaian bekas yang dijual di kios Pasar Notoharjo, Surakarta, Sabtu, (8/11/2025). (Sumber: Rencang.id/ NH)
Rencang.id – Kebijakan pemerintah terkait pemberhentian
impor pakaian bekas mulai dirasakan para pedagang di kawasan Solo (09/11/2025).
Sejumlah pedagang mengaku penjualan menurun dan pembeli
semakin sepi sejak isu pemberhentian impor kembali mencuat.
Salah satu pedagang, Micoro (65), mengungkapkan bahwa
kebijakan tersebut berdampak cukup besar terhadap pendapatannya.
“Sekarang jadi sepi, lesu. Rakyat kecil disuruh jualan apa
lagi? Kalau jual produk Indonesia mintanya murah, tapi kualitasnya harus bagus.
Kalau dibanding impor, ya kalah,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam dua tahun terakhir penjualan terus
menurun meski harga jual tetap sama. “Balik modal masih bisa, tapi lama.
Pembelinya jarang sekarang,” keluhnya.
Hal senada disampaikan Murni (50), pedagang pakaian bekas
lain di kawasan yang sama. Ia mengaku kondisi pasar kini jauh berbeda dari
sebelumnya. “Sekarang sepi sekali, mudah-mudahan bisa bertahan,” katanya.
Kendati begitu, masih ada pedagang yang belum terlalu
merasakan pengaruh besar. Salah satunya mengaku penjualan masih stabil meski
wacana pelarangan impor telah berulang kali muncul sejak lama.
“Katanya sudah dilarang, tapi nyatanya masih ada. Kalau
nanti benar-benar berhenti, ya tinggal jualan lain saja,” ujar pedagang yang
telah berjualan sejak tahun 1998 itu.
Para pedagang mengungkapkan sebagian besar pasokan barang
masih berasal dari luar kota, seperti Bandung, Surabaya, dan Jakarta.
“Kalau di Solo susah, paling beli dari Bandung lewat
online,” tutur Micoro.
Mereka berharap pemerintah dapat mempertimbangkan dampak
kebijakan ini terhadap pedagang kecil yang menggantungkan hidup dari usaha jual
beli pakaian bekas impor.