Fenomena Jam Karet di Perkuliahan: Efektivitas Kelas Dianggap Menurun

Jurnalis : Nasywa Khoirunnisa

Editor : Ayu Kusuma

Mahasiswa melakukan aktivitas di koridor Gedung Lab. FUD UIN Surakarta, Kamis (20/11/2025). (Sumber: Rencang.id/NK)

Rencang.id – Keterlambatan mahasiswa dalam perkuliahan masih sering dijumpai di berbagai kelas, baik pada jam pagi maupun siang. Budaya yang dikenal sebagai ‘jam karet’ membuat sejumlah dosen harus menunda penyampaian materi hingga sebagian besar mahasiswa hadir.

Dalam beberapa kelas, mahasiswa baru memasuki ruang perkuliahan antara 15 hingga 45 menit sejak kelas dimulai. Kondisi ini membuat materi pembelajaran tidak dapat disampaikan secara optimal sejak awal.

Keterlambatan tidak hanya terjadi pada kelas berjadwal pagi. Perkuliahan di tengah hari atau menjelang sore juga menghadapi kondisi serupa. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena jam karet tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh jadwal terlalu pagi, tetapi telah menjadi kebiasaan dalam aktivitas akademik.

Pengulangan materi akibat keterlambatan membuat waktu efektif belajar berkurang. Beberapa kelas memilih menunggu jumlah hadir mencapai mayoritas sebelum memulai pembelajaran. Akibatnya, mahasiswa yang datang terlambat.

Untuk meminimalisir dampak jam karet, kampus dinilai perlu mempertegas aturan kehadiran serta konsistensi pelaksanaannya. Penerapan batas toleransi keterlambatan, penghargaan bagi kelas yang disiplin, serta evaluasi jadwal perkuliahan menjadi langkah yang dapat mendukung peningkatan kedisiplinan dan efektivitas belajar.

Lebih baru Lebih lama